Senin, 18 Mei 2015

TRIK KHUSUS MENYEHATKAN IKAN LELE


Pembudidaya harus memperhatikan kesehatan lele dan lingkungan budidaya.
Hujan turun yang tidak menentu bisa mengganggu proses budidaya ikan berkumis ini hingga menimbulkan kematian. Curah hujan tinggi seharian penuh dan tanpa perlindungan tambahan menyebabkan lele siap panen berukuran 5 ekor/kg milik salah seorang pembudidaya lele sistem bioflok di Sukabumi, Jawa Barat, mengalami kematian massal. Akibatnya, pembudidaya rugi dan kehilangan sebanyak 180 kg lele siap panen. Lantas, bagaimana mencegahnya?
Waspada Hujan
Menurut Kesit Tisna Wibawa, perekayasa di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat, hujan yang datang terus menerus bisa menyebabkan rendahnya kualitas lingkungan budidaya secara mendadak. Yaitu: perubahan derajat keasaman (pH), fluktuasi suhu, kematian plankton dan bakteri bermanfaat, dominasi amonium, hingga penumpukan logam berat yang terbawa air hujan.
Perubahan lingkungan budidaya yang mendadak membuat lele kaget dan menjadi stres. “Awalnya pasti stres, nggak mau makan, terus imun tubuh menurun karena tidak ada nutrisi yang mendukung dia, hasilnya rentan penyakit. Penyakit akan gampang menyerang ditambah dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung,” ulas Kesit terperinci. Apalagi pada budidaya lele sistem probiotik dan bioflok yang mengandalkan padat tebar tinggi, kualitas air kolam budidaya memerlukan perhatian intensif. Salah kelola, kerugianlah yang didapat.
Secara fisik, lele stres terlihat pucat dengan produksi lendir meningkat sehingga lapisan lendirnya menipis dan aktif melompat-lompat di di pinggiran kolam. Kesit menjabarkan, “Kalau lendirinya tipis, akan mudah ditempeli jamur. Apalagi dia bergesekan sama temennya, akhirnya ada yang luka. Di situ mulai diserang.” Kolam yang awalnya hijau atau cokelat juga akan berubah menjadi bening karena kematian plankton dan bakteri. Lele juga bisa keracunan amonium yang mendorong kematian massal secara mendadak. Jika kondisi ini dibiarkan, dalam hitungan jam hingga dua hari, lele yang dibudidaya mulai menggantung di permukaan air, respon makan hilang, kemudian mati massal.
Imunostimulan
Menurut Kesit, saat cuaca tidak menentu antara panas dan hujan, kunci utama keberhasilan budidaya adalah kesehatan ikan. Caranya dengan meningkatkan daya tahan tubuh pemilik nama ilmiah Clarias battracus itu dengan memberikan imunostimulan dan vitamin. “Itu harus selalu tersedia. Karena kalau sudah lingkungan yang penyebabnya, tidak ada cara lagi kecuali kita harus membikin daya tahan tubuh lele benar-benar kuat,” papar penemu kolam sistem paket padat tebar tinggi (budidaya lele sistem probiotik) ini.
Kesit menerangkan, saat musim penghujan dengan intensitas tinggi nafsu makan lele akan berkurang sehingga mudah terserang penyakit. Imunostimulan meningkatkan daya tahan lele dengan cara mendorong nafsu makan seperti pada cuaca normal. Ia menyarankan penggunaan imunostimulan herbal yang mengandung ekstrak bawang putih, kencur, rumput teki, dan bakteri Bacillus karena efeknya lebih terlihat. Imunostimulan ini diberikan cukup satu hari sekali jika hujan berlangsung terus menerus. Bilaintensitas hujan mulai menurun, imunostimulan cukup diimbuhkan 2 – 7 hari sekali.

Sementara, pemberian vitamin C akan memberikan efek hangat dalam tubuh ikan sehingga nyaman untuk makan. Vitamin rutin disajikan sekali setiap hari sesuai dosis yang tertera pada label kemasan. Kesit memberikan dua jenis pakan, yaitu pakan apung dan pakan tenggelam. Pakan apung diberikan berdasarkan adlibitum (sekenyangnya),sedangkan pakan tenggelam sebanyak 3% – 5% bobot tubuh. “Karena kalau pakan apung dia kenyang atau tidak ‘kan kelihatan dari respon makan dan kecepatan makannya,” ulas dia.
Lingkungan Budidaya
Untuk menjaga lingkungan budidaya, sambung Kesit, perlu perlakuan khusus seperti penambahan kapur dolomit atau kapur tohor sebanyak 15 – 25 gr/msore hari. “Tergantung ukuran ikan. Kalau masih ukuran 3 – 7 cm, kasih 15 gr/m3,” sarannya. Penambahan kapur bertujuan menstabilkan pH agar perairan tidak masam dan perubahan suhu tidak terlalu rendah. Suhu air pada cuaca normal berkisar 26° – 29°C. Namun, saat musim penghujan suhu bisa turun hingga 24°C. Yang harus dihindarkan pembudidaya, imbuhnya, suhu meluncur tajam dari 29°C langsung ke 24°C.
Selanjutnya, tambahkan mineral air berupa garam dengan dosis sebanyak dolomit selepas hujan turun. Probiotik pun wajib diberikan. Probiotik bermanfaat menguraikan sisa-sisa makanan yang terbuang dan menjaga kestabilan komposisi bakteri dalam air. Kesit mengingatkan,  setidaknya probiotik harus mengandung dua jenis bakteri. Yakni, bakteri yang berfungsi untuk menguraikan nitrit seperti Bacillus atau Nitrobacter dan bakteri yang menguraikan amoniak, seperti Nitrosomonas.
Kolam yang berbau terjdi karena banyak sisa pakan dan menghasilkan amoniak. Ini memerlukan kerja bakteri Nitrosomonas untuk menguraikan amoniak agar tidak meracuni ikan. Amoniak diurai menjadi nitrit. Selanjutnya, nitrit dimanfaatkan Bacillus atau Nitrobacter menjadi nitrat yang dimanfaatkan sebagai unsur hara bagi fitoplankton. Kesit menilai, hal inilah yang kurang diperhatikan pembudidaya. Mereka memberikan probiotik tanpa melihat komposisi bakteri yang terkandung di dalamnya sehingga probiotik tidak bisa bekerja secara efektif. “Makanya banyak kejadian kolam bau walaupun dikasih probiotik yang harganya mahal, itu karena fungsinya tidak sesuai,”cetusnya.
Kandungan amoniak tinggi akan sangat bahaya kala hujanturun. Polutan kondisi air yang menurun karena amoniak tinggi masih dibebani tambahan polutan logam berat atau asam yang terbawa air hujan. Lele pun semakin stres.
Windi Listianingsih
Sumber: http://www.agrina-online.com

KETINGGIAN AIR IDEAL BUDIDAYA LELE CEPAT 60 HARI PANEN

LELE HANYA BUTUH KETINGGIAN AIR KOLAM 35 CM

Hari ini saya berdiskusi sangat panjang mulai jam 3 sore hingga 12 malam dengan seorang master lele di kota Banda Aceh bernama Nandar, beliau adalah seorang perwira Polisi yang berdinas di Polda Aceh yang ikut menggeluti bisnis Budidaya Ikan Lele bersama istri tercintanya sejak 5 tahun yang lalu hingga kini.
Hari ini saya berkesempatan meninjau langsung panen lele di 4 kolam dari 50 kolam miliknya di kawasan pinggiran kota dan sekaligus mengunjungi sebuah Ruko tempat pemasaran ikan lele hasil panen kolamnya dan kolam para mitra setiap hari. Dia juga menyewa 5 lapak dagang ikan di 5 pasar ikan tradisional dengan menempatkan orang-orang kepercayaannya yang berjualan langsung hasil panennya kepada konsumen tanpa melalui perantara pengepul maupun tengkulak.
Menariknya, dia kini memiliki 42 orang petani lele binaannya yang siap ia tampung hasil panen mereka dengan harga tertinggi antara Rp.18.000,- s/dRp.20.000,- per-Kg dengan sistem pembayaran “Cash” di lokasi kolam petani. Harga itu adalah yang tertinggi saat ini daripada harga yang ditawarkan oleh para pengepul lainnya di kota itu yang masih membeli panen petani lele hanya Rp.17.000,- s/d Rp.17.500,- per-Kg dan itupun seringnya dengan pembayaran tunda (hutang) selama 3-12 hari.
Menurut Nandar, selama ini para pengepul-lah yang telah mematikan harapan dan masa depan para petani lele, karena ulah mereka yang selalu membeli lele konsumsi dengan cara HUTANG pada petani, dan pada umumnya melakukan pembayarannya bertahap, yaitu sedikit demi sedikit. Akibatnya petani lele yang tak memiliki modal kuat untuk melanjutkan budidaya lele pasca panen harus gulung terpal dan banting stir ke bisnis lain, itu semua lantaran pembayaran dari para pengepul yang selalu seret alias macet.
Nandar, adalah salah satu dari dua orang pembudidaya lele di kota itu yang berani membeli hasil panen petani binaannya sendiri dengan cara Cash (bayar kontan) selama 5 tahun terakhir ini dan langsung jemput ikannya di kolam petani dengan dua armada pick-up nya. Pemasaran langsung kepada konsumen dia lakukan karena dahulu sudah pernah menjadi korban para pengepul yang sulit membayar ikan hasil panennya.
Dari amatan kami di lokasi tadi sore, yang juga menarik adalah 50 kolam milik Nandar tidak ada yang tinggi, semua kolam lele milik-nya ketinggiannya hanya 50 cm dengan ketinggian Air Hijau 30-35 cm dan sistem tebar benih lele normal rata-rata 200 s/d 250 ekor per-meter kubik.
Menurut pengalaman dia, benih lele ukuran 5-6 cm atau 7-8 cm memang lebih ideal dipelihara dengan ketinggian air hijau 30-35 cm saja, tujuannya agar nanti banyak menghasilkan ukuran panen yang sama. Alasannya, benih ikan lele tak semuanya mampu mencapai ketinggian pakan yang ditebar di atas permukaan air kolam pada ketinggian air lebih dari 40-70 cm.
Dengan ketinggian air kolam 30-35 cm, maka akan semakin mempermudah bagi benih lele untuk naik mencapai permukaan air kolam saat akan makan pelet, sehingga tidak begitu banyak membuang energi lele agar bisa besar dan berat yang sama pada saat panen dalam 60 hari.
Jika ketinggian air kolam lebih dari 40-70 cm, maka akibatnya tak semua benih lele akan mampu makan lebih banyak, karena umumnya kesulitan mencapai permukaan air kolam secara berulang kali. Karena sesungguhnya lele budidaya itu kegiatannya hanya makan dan tidur.
Nanda sudah pernah menggunakan puluhan kolam dgn ketingian air hingga 70 cm, namun hasilnya kurang memuaskan, saat di sortir terlalu banyak ukuran lele yang belum layak panen dalam 60 hari budidaya.
Untuk menjaga suhu air kolam agar tetap stabil, dia menyarankan agar menggunakan kolam terpal dengan dinding kayu (bukan kolam beton atau tanah), dan pada lantai kolam terpal diberi serbuk kayu hasil gergaji atau sekam padi setebal 10-20 cm serta tetap menghijaukan air kolam.
Khusus untuk pakan lele, Nandar bersama 42 petani binaannya selama ini melakukan pemberian pakan kombinasi antara pelet dan usus ayam atau limbah ikan dari pasar ikan sehingga biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar, namun tidak mengurangi bobot ikan saat panen.
Strategi dalam 5 tahun terakhir yang ia lakukan adalah, saat penebaran benih ukuran 5-6 cm atau 7-8 cm diberikan pakan pelet pabrik F999 serta 781 (-1) selama 25 hari (bulan ke 1), selanjutnya dari hari ke 26 hingga hari 60 (bulan ke 2) ikan lele sudah bisa diberikan rebusan usus ayam atau limbah ikan dari pasar ikan seperti kepala ikan, sirip, insang dan isi perut ikan yang direbus pada suhu 80-100 derajat celsius, diberikan sebanyak 2 kali sehari hingga masuk masa panen di hari ke 60.
Dari amatan kami ke kolam-kolam Nandar, semua ikan lelenya memang sehat dan gesit dibalik air kolam berwarna hijau. Semoga informasi hasil diskusi dan investigasi ini dapat memberikan alternatif lain dalam Budidaya Ikan Lele di Indonesia.
Mohon saran dan kritik dari para master kumis . . . . semoga bermanfaat .
diambil dari beberapa sumber. . . .

SOP BUDIDAYA LELE DAN TRIK SUKSES . . . .

SOP BUDIDAYA IKAN LELE 
Kebanyakan para pedagang benih ikan lele tak paham cara pembesaran ikan lele yang baik dan benar, sebab mereka hanyalah pedagang (agen) yang mencari keuntungan ditengah-tengah antara petani pembenih lele dengan petani pembesar lele. Sebab itu setiap benih yang berhasil terjual kepada pelanggan sudah tidak menjadi tanggung jawabnya lagi alias barang yang sudah dibeli tidak bisa di kembalikan (mereka buang badan).
Sementara itu para pemula (newbie) budidaya ikan lele pun sering sekali mensederhanakan persoalan budidaya lele itu, mentang-mentang harga benih lele hanya kisaran Rp.200 per-ekor, dikira dengan hanya diberi air apa saja pada kolam, ikan-ikan itu sudah pasti akan bisa hidup dengan aman.
Pada bagian lain, para pengarang buku dan artikel tentang budidaya lele juga kerap mensederhanakan permasalahan budidaya tersebut. Sering kita baca di buku-buku karangan mereka tentang ungkapan bahwa ikan lele bisa hidup pada “air dengan kondisi yang buruk sekalipun”. Tetapi fakta-fakta dilapangan tidaklah demikian adanya, benih-benih ikan lele banyak yang mati di tangan para pemula pembesaran lele, para pemula pun panik dan akhirnya patah arang serta berhenti melakukan kegiatan pembudidaya ikan lele, untung saja tak sampai bunuh diri.
Berdasarkan pengalaman dan ujicoba penulis selama 2,5 tahun terakhir dibidang ini, mungkin tak berlebihan bila penulis membuat sebuah panduan teknis budidaya ikan lele bagi para pemula sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan. Apalagi setiap daerah tak pernah sama kualitas sumber airnya, tak pernah sama suhu udaranya maupun lingkungannya.
A. PERSIAPAN AIR KOLAM (Kolam Ukuran 4 X 2 X 1 Meter)
Sumber air kolam biasanya dari sumur patek, sumur bor ataupun PDAM. Jika Anda menggunakan air PDAM, maka air tersebut penting di endapkan dahulu dalam 2 hari dibawah sinar matahari agar kandungan kaforitnya hilang dan menguap ke udara. Sebab benih lele tak tahan dengan air yang berkaforit.
Jika sumber air Anda adalah dari sumur ataupun sumur bor, biasanya air itu mengandung logam berat seperti zat besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu) dan bahkan beberapa sumur mengandung Mercury yang tak membuat benih lele nyaman dan aman. Kualitas air seperti itu penting untuk diolah terlebih dahulu.
Pengolahan air sumur atau sumur bor yang paling baik adalah menggunakan tabung filter Karbon dan Mangnese, sebelum air di masukkan ke kolam ikan lele. Jika Anda tak memiliki tabung filter Karbon dan Magnese bisa saja menggunakan Kapur Dolomit 300 Gram/M3.
Jika kolam anda berukuran Panjang 4 Meter X Lebar 2 Meter X Tinggi 1 Meter dengan ketinggian air kolam 70 cm, maka kebutuhan Kapur Dolomit untuk luas kolam itu adalah : 4 X 2 X 0,7 X 300 Gram Dolomit = 1,7 Kg.
Taburkan merata Kapur Dolomit diatas pemukaan air 70 cm itu, dan dalam 5-6 jam setelah penaburan Dolomit kandungan logam berat pada air akan menghilang dan aman buat benih ikan Anda.
Jangan buru-buru beli benih ikan lele, sebab kolam Anda penting sekali airnya dihijaukan dahulu agar dapat ditumbuhi oleh Alga dalam 5-6 hari dengan menggunakan pupuk Urea dan NPK. Sebab fungsi Alga dalam air kolam itu sangat penting untuk mengendalikan suhu air kolam agar tak terlalu panas saat siang hari dan tak terlalu dingin saat malam hari serta menghasilkan plankton-plankton sebagai pakan tambahan lele.
B. CARA HIJAUKAN AIR KOLAM IKAN LELE DENGAN PUPUK UREA DAN NPK
a. Pupuk Urea 3 PPM (Part Per Million) atau 3 gram/m3 air kolam.
b. Pupuk NPK 1 PPM (Part Per Million) atau 1 gram/m3 air kolam.
Jika kolam kita berukuran 4 X 2 meter dengan tinggi air 70 cm, maka kebutuhan pupuk Urea untuk kolam itu adalah : 4 X 2 X 0,7 X 3 Gram Urea / M3 = 16,8 Gram Urea.
Sementara untuk pupuk NPK adalah : 4 X 2 X 0,7 X 1 Gram NPK / M3 = 5,6 Gram NPK. Larutkan kedua bahan pupuk itu dengan air, lalu tebarkan merata disemua permukaan kolam Anda. Saran penulis, gunakan timbangan DIGITAL untuk bahan kue, agar lebih akurat. Harga timbangan Digital di toko kelontong atau toko pecah belah hanya kisaran Rp.50.000 s/d Rp.100.000,-
Biarkan air kolam yang sudah diberi Dolomit, Urea dan NPK itu selama 5-6 hari dibawah sinar matahari sampai air-nya berwarna hijau, kalau air kolam belum hijau boleh ditambahkan lagi Pupuk Urea 1 PPM atau 1 Gram/M3.
Warna air kolam nantinya memang tidak terlalu hijau sekali, tetapi ini sangat aman bagi benih lele. Hijau air dengan pertumbuhan Alga akan terus bertambah hijau dari hari ke hari seiring dengan bertambahannya kotoran ikan pada kolam. Kotoran ikan dan sisa pakan yang mengendap di dasar kolam akan menjadi pakan / nutrisi bagi perkembangan Alga tersebut. Alga yang akan berkembang dikolam nanti diduga adalah Alga Chlorella ataupun Alga Scenedesmus.
C. PENEBARAN BENIH IKAN LELE PADA KOLAM
Setelah air hijau dalam 5-6 hari, maka pada hari ke 7-8 silahkan Anda beli benih lele di pasar atau di Farm. Untuk tebar benih kolam normal, maka jika ukuran kolam Anda adalah 4 X 2 meter dengan tinggi air 70 cm, maka jumlah benih lele yang Ideal anda tebar adalah : 4 X 2 X 0,7 X 250 ekor/M3 = 1.400 ekor.
Pilih waktu penebaran benih pada sore atau malam hari, maka saat membeli dan membawa benih dari pedagang atau Farm sebaiknya pada sore hari ke kolam Anda, karena pada waktu sore atau malam hari suhu air sudah sedikit dingin sehingga mudah bagi benih lele melakukan penyesuaian suhu air dengan suhu tubuhnya.
Jika Anda ingin tebar benih lebih padat lagi pada kolam ukuran itu, maka kolam Anda harus dilengkapi dengan peralatan suplai Oxygen sepertiVenturi Air System (VAS), sehingga kolam ukuran 4 X 2 meter itu bisa anda isi 800 ekor/M3 atau 4.400 ekor dengan aman dan nyaman. Jika tak didukung oleh VAS, jangan pernah mencoba menebar benih yang padat, sebab lele akan mati lantaran kekurangan Oxygen terlarut di dalam air. Mengenai VAS bisa Anda lihat pada artikel lain di Group ini.
D. CARA PEMBERIAN PAKAN / PELET YANG AMAN BAGI BENIH LELE
Penting untuk diketahui bahwa pelet kering yang langsung ditaburkan ke kolam dapat merusak pencernaan ikan lele, sebab pakan / pelet itu masih terlalu keras. Sebaiknya pelet dibibis dahulu dengan Probiotik RABAL yang dibuat sendiri. Karena Probiotik RABAL mengandung bakteri Lactobacillus dan Yeast yang sangat membantu keamanan pencernaan benih lele serta mengurai dan mengurangi Amoniak lele pada air kolam.
Probiotik hasil fermentasi Ragi dan Bakteri Asam Laktat (RABAL) yang akan kita produksi sendiri ini berisikan Lactobacillus dan Yeast. Dari hasil penelitian Prof Ibnu Sahidhir dan kawan-kawan di Laboratorium Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee, Provinsi Aceh terhadap 4 merek Probiotik terkenal untuk ikan air tawar yang beredar di pasaran saat ini mengadung isi yang serupa.
Probiotik RABAL yang akan kita produksi sendiri ini tentu dengan biaya yang sangat murah, digunakan untuk membibis pakan/pelet ikan lele pada kolam hijau atau Green Water System (GWS), guna :
1. Meningkatkan nafsu makan dan pertumbuhan ikan lele.
2. Mempercepat waktu panen dan menghemat pakan / pelet.
3. Meningkatkan bobot ikan lele.
4. Meningkatkan penyerapan protein dari Alga air kolam dan pelet agar menjadi daging secara maksimal.
5. Menghilangkan / mengurangi bau air kolam GWS akibat amoniak dan gas beracun.
PROSES PEMBUATAN PROBIOTIK RABAL :
1. Bahan-Bahan :
a. Air Bersih / Isi Ulang = 9 liter.
b. Yakult = 2 botol.
c. Ragi Tape = 1 butir
d. Molasses (Tetes Tebu / Gula Jawa / Gula Merah) = 1/2 liter.
e. Air Kelapa Murni (dari 1 butir buah kelapa yang sudah tua)
e. Jerigen 10 liter = 1 unit
2. Cara Mengolah Bahan Probiotik RABAL :
Masukkan air bersih / air isi ulang sebanyak 9 liter ke dalam Jerigen bersih, kemudian tuangkan 2 botol Yakult, 1/2 liter Molasses / 2 butir Gula Jawa yang dicairkan, 1 butir Ragi Tape (yg sudah di tumbuk halus) dan Air Kelapa Murni ke dalam Jeringen yang telah berisi air bersih. Kocok jerigen selama 5-8 menit agar semua bahan-bahan terlarut merata di dalam jerigen.
Gula Merah / Molases yang dipanaskan agar mencair, seharusnya di dinginkan dahulu sebelum di campur dengan bahan-bahan lainnya diatas.
Simpan jerigen beserta bahan-bahan tersebut selama 7 hari agar terjadi proses fermentasi dengan sempurna yang akan di tandai dengan cairan di dalam jerigen berubah warna menjadi coklat / orange dan berbau alkohol / tape. Setiap 1-2 hari sekali tutup jeringen dibuka untuk mengeluarkan gas fermentasi, lalu jeringen ditutup rapat kembali dan disimpan di ruangan yg sejuk.
F. PROSES PEMBIBISAN PROBIOTIK RABAL PADA PELET :
Setelah 7 hari masa fermentasi bahan Probiotik RABAL sudah dapat Anda gunakan untuk membibis pakan / pelet ikan lele pada kolam hijau atau Green Water System (GWS) dengan cara :
Campurkan 4-6 tutup botol Aqua hasil fermentasi Probiotik RABAL yang dilarutkan dengan 1/4 liter air. Aduk merata. Selanjutnya dikocorkan atau aduk cairan RABAL itu ke dalam 1 Kg pakan / pelet lele sampai meresap rata.
Biarkan pelet dan probiotik RABAL meresap dalam 10-20 menit sebelum kemudian diberikan kepada ikan lele. Pencampuran pelet dengan probiotik selama 10-20 menit baik untuk membantu proses pencernaan pakan pada usus ikan lele. Jika pelet yang Anda bibis tak habis diberikan pada benih lele, bisa Anda simpan untuk jadwal pemberian pakan selanjutnya.
SEMOGA BERMANFAAT . . .  MOHON Kritik dan saran perbaikan bagi para Master Kumis.    
Nuwun.